Minggu, 22 April 2012

STRESS


Stress ? Kata stress sering kali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, banyak orang yang hanya menyebutkannya saja tanpa mengetahui arti yang sebenarnya tentang “stress”.
          Sebagian besar peneliti menggunakan istilah “stress” untuk menunjukkan respon emosional yang ditunjukkan individu dalam situasi yang tidak menyenangkan, ketika individu tersebut memaknai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang menimbulkan ancaman. Reaksi emosional ini meliputi meningkatnya rangsangan fisiologis yang terjadi karena meningkatnya reaksi saraf simpatetik.
          Stressor adalah peristiwa itu sendiri yang juga dapat disebut dengan peristiwa kehidupan yang dapat menimbulkan “stress”. Ketika seseorang mengalami stress, maka ia mencoba untuk mengurangi perasaan yang tidak menyenangkan. Usaha untuk mengurangi stress disebut Coping. Faktor lain dari persamaan pikiran dan tubuh adalah bagaimana usaha seseorang dalam mengurangi sensasi stress melalui coping. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan coping, yang bermanfaat adalah membedakan antara coping yang berfokus pada masalah dan coping yang berfokus pada emosi.
          Pada coping yang berfokus pada masalah, individu mengurangi stress dengan cara mengubah faktor apapun yang menimbulkan stress. Individu mungkin membuat rencana alternatif atau menemukan cara yang baru dan lebih baik untuk memperbaiki situasi. Jika coping yang berfokus pada emosi, seseorang tidak mengubah apapun dari situasi tersebut, tetapi mencoba untuk mengubah perasaannya mengenai situasi tersebut. “Berpikir positif” merupakan salah satu cara coping yang berfokus pada emosi yang digunakan oleh setiap individu untuk membuat diri mereka merasa lebih baik ketika berada dalam kondisi stress.
          Menghindari masalah merupakan strategi coping yang berfokus pada emosi lainnya. Cara coping ini memiliki kesamaan dengan mekanisme pertahanan diri yang disebut penghindaran, ketika individu menolak untuk mengakui adanya masalah atau kesulitan.
          Semakin orang bertambah tua, mereka memiliki kemampuan yang baik untuk memilih strategi coping yang lebih tepat. Pada orang dewasa yang lebih tua, mereka dapat mengendalikan impuls, dan menggunakan keyakinan mereka sebagi strategi coping.
          Strategi coping dapat memainkan peran penting yang dapat menentukan apakah individu akan mengalami permasalahan kesehatan atau tidak. Seseorang yang dapat mengatasi stress secara efektif akan mengalami konsekuensi negatif dari stress yang lebih sedikit.
          Peristiwa yang menimbulkan stress dapat menimbulkan serangkaian reaksi dalam tubuh yang dapat menurunkan daya tahan terhadap penyakit. Reaksi ini juga dapat memperburuk simtom gangguan fisik yang kronis yang terjadi karena dipengaruhi oleh stress. Salah satu penjelasan mengenai hubungan ini adalah bahwa stress menstimulasi hormon yang diatur oleh hipotalamus dan hormon yang menurunkan aktivitas sistem imun.
          Hubungan antara stress dan kesehatan memiliki hubungan yang saling mempengaruhi. Orang yang berada dalam kondisi stress cenderung mengabaikan kebiasaan kesehatan yang baik, mungkin individu akan merokok lebih banyak, lebih sering mengonsumsi alkohol, makan makanan yang sedikit nutrisi, dan tidur dengan waktu yang sedikit. Beberapa orang dalam keadaan stress berusaha mencari intimasi seksual, mungkin dengan seks yang tidak memilih-milih pasangan dan kurangnya perhatian dalam melakukan hubungan seks yang aman.
Stress juga dapat terbagi menjadi beberapa golongan, seperti di bawah ini :
Gangguan Stress Akut dan Gangguan Stress Pasca Trauma
Pengalaman traumatis adalah peristiwa yang mendatangkan peristiwa yang menyakitkan yang menimbulkan efek psikologis dan fisiologis yang berat. Peristiwa traumatis mencakup tragedi personal, seperti berada dalam kecelakaan yang serius, menjadi korban kekerasan, atau mengalami peristiwa bencana yang mengancam hidup.
Beberapa individu kemudian mengembangkan gangguan stress akut setelah mengalami peristiwa traumatis. Dalam kondisi ini, individu mengembangkan perasaan ketakutan yang kuat, tidak berdaya, atau kengerian. Simtom disosiatif mungkin saja muncul, seperti merasa mati rasa, merasa peristiwa tersebut tidak nyata, atau impersonal dan mengalami amnesia dari peristiwa yang telah terjadi. Mereka mudah marah dan sangat waspada, mungkin juga mudah terganggu dengan suara atau gangguan kecil. Kemudian mereka mengembangkan gangguan stress pasca trauma (PTSD), diagnosis yang diberikan jika simtom tetap ada selama lebih dari satu bulan.
Karakteristik Gangguan Stress Pasca Trauma
          Simtom PTSD dapat dibagi ke dalam dua klasifikasi yang saling berhubungan. Pertama, “gangguan dan penghindaran”, mencakup pikiran yang mengganggu, mimpi yang berulang, kilas balik, hiperaktivitas terhadap isyarat yang berhubungan dengan trauma, dan menghindari pikiran, atau hal-hal yang dapat mengingatkan terhadap trauma. Kedua, “hyperarousal dan mati rasa”, mencakup simtom yang melibatkan perasaan memisahkan diri, hilangnya minat untuk melakukan aktivitas sehari-hari, gangguan tidur, mudah marah, dan perasaan dapat menggambarkan perspektif masa depan. Oleh karena itu, pikiran yang mengganggu dapat mengingatkan terhadap peristiwa tertentu dan hyperarousal  mengakibatkan respons mati rasa.
Treatmen Gangguan Stress Pasca Trauma
Perspektif Biologis, peranan biologis para peneliti telah memformulasikan teori bahwa sekali pengalaman traumatis terjadi, bagian sistem saraf individu menjadi sangat sensitif terhadap kemungkinan terjadinya bahaya di masa depan. Ketika individu pertama kali mencari bantuan terkait dengan munculnya gejala PTSD, para klinisi mempertimbangkan pengobatan sebagai cara pertama untuk mempertahankan diri dari penyebab munculnya gejala tersebut. Bagi mereka yang mengalami iritabilitas, agresi, impulsif, atau ingatan mundur dapat mengonsumsi anticonvulsants.
Perspektif Psikologis, treatmen psikologis yang paling efektif bagi penderita PTSD melibatkan suatu kombinasi dari teknik “menutup” dan “tidak menutup”. Teknik menutup, seperti terapi suportif dan manajemen stress, membantu klien mengemas rasa sakit yang disebabkan oleh trauma. Teknik tidak menutup termasuk pengungkapan trauma, meliputi treatmen perilaku dengan cara imaginal flooding dan desensitisasi sistemik. Menghadapkan seorang penderita PTSD dengan tanda-tanda yang membangkitkan kenangan terhadap kejadian traumatis pada tingkat tertentu atau pada suatu situasi ketika individu diajarkan untuk santai, dapat memecahkan reaksi kecemasan terkondisi.
Memanajemeni Stress
          Memanajemeni stress berarti berusaha mencegah timbulnya stress, meningkatkan ambang stress dari individu dan menampung akibat fisiologikal dari stress. Adapun tujuan memanajemeni stress adalah untuk mencegah berkembangnya stress jangka pendek menjadi stress jangka panjang atau stress kronis.
          Stress adalah bagian dari kehidupan manusia, yang perlu kita lakukan adalah dapat dipertahankannya stress yang positif konstruktif dan dicegah serta diatasi stress yang kronis, yang bersifat negatif destruktif. Reaksi yang kita lakukan dalam menghadapi stress adalah “flight or fight”, “melarikan diri”. Melarikan diri dari situasi stress secara psikologis adalah melarikan diri dari dunia nyata ke dalam dunia khayal, mencoba melupakan situasi yang penuh stress yang menimbulkan frustasi.
Teknik Penenangan Pikiran
          Teknik penenangan pikiran memiliki tujuan untuk mengurangi kegiatan pikiran, yaitu proses berpikir dalam bentuk merencana, mengingat, berkhayal, menalar yang secara berkesinambungan kita lakukan dalam keadaan bangun atau dalam keadaan sadar. Jika kita berhasil mengurangi kegiatan pikiran, maka rasa cemas dan khawatir akan berkurang, kesigapan umum untuk beraksi akan berkurang, sehingga pikiran menjadi tenang dan stress pun berkurang.
          Teknik yang digunakan dalam penenangan pikiran adalah :
1.     Meditasi
Konsentrasi adalah aspek utama dari teknik-teknik meditasi. Dengan konsentrasi kita berusaha mengendalikan kegiatan berpikir, mengendalikan kecenderungan pikiran kita untuk melamun, untuk berpindah dari gagasan satu ke gagasan yang lain. Untuk memudahkan kita ketika berkonsentrasi yang perlu kita lakukan ialah memusatkan pikiran pada satu hal, satu kata, satu ungkapan yang kita ulang terus menerus selama waktu tertentu.
Meditasi menyebabkan adanya relaksasi fisik. Pada saat yang sama meditator mengendalikan secara penuh penghayatannya dan mengendalikan emosi, perasaan dan ingatan. Pikiran menjadi tenang, badan berada dalam keseimbangan.
2.    Pelatihan Relaksasi Autogenik
Relaksasi autogenik adalah relaksasi yang ditimbulkan sendiri. Teknik ini berpusat pada gambaran-gambaran berperasaan tertentu yang kemudian terkait kuat dalam ingatan, sehingga timbulnya kenangan tentang peristiwa yang akan menimbulkan pula penghayatan dari gambaran perasaan yang sama.
Pelatihan relaksasi autogenik berusaha mengaitkan penghayatan yang menenangkan dengan peristiwa yang menimbulkan ketegangan, sehingga badan kita terkondisi untuk memberikan penghayatan yang tetap menenangkan meskipun menghadapi peristiwa yang sebelumnya menimbulkan ketegangan.
3.    Pelatihan Relaksasi Neuromuscular
Pelatihan relaksasi neuromuscular adalah satu program yang terdiri dari latihan-latihan sistematis yang melatih otot dan komponen-komponen saraf yang mengendalikan aktivitas otot.
Individu diajari untuk secara sadar mampu merelaksasikan otot sesuai dengan kemauannya setiap saat. Untuk itu perlu dikembangkan kesadaran perasaan pikiran tentang bagaimana rasa relaks adn mempelajari bagaimana perbedaanya jika sedang tegang.
4.    Teknik Penenangan Melalui Aktivitas Fisik
Teknik penenangan melalui aktivitas fisik bertujuan untuk menghamburkan atau untuk menggunakan sampai habis hasil-hasil stress yang diproduksi oleh ketakutan dan ancaman, atau mengubah sistem hormon dan saraf kita ke dalam sikap mempertahankan. Manfaat lain dari teknik penenangan fisik adalah untuk menurunkan reaktivitas kita terhadap stress di masa depan dengan cara mengondisikan relaksasi.
Aktivitas fisik memiliki sifat preventif (penghindaran). Selama melakukan aktivitas fisik seluruh sistem badan dirangsang untuk beraksi, bergerak. Setelah kegiatan, sistem-sistemnya memantul dengan cara makin melambat, dengan demikian mendorong ke relaksasi dan ketenangan.
SUMBER :
Whitbourne,Halgin.(2010).Psikologi Abnormal.Jakarta:Salemba Humanika.
Munandar,Ashar Sunyoto.(2001).Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta:Universitas Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar