Jumat, 15 Juni 2012

KEHIDUPAN

Kehidupan adalah sebuah rangkaian kisah yang harus dijalani oleh setiap individu. Kejadian yang berlangsung di dalam kehidupan pun bermacam-macam, yaitu kisah yang manis bagaikan lollipop, kisah yang sedih dan menyayat hati, dan juga tantangan yang ada dalam kehidupan. Namun semua harus tetap kita jalani, karena dibalik semua itu pasti ada pelajaran yang berharga yang dapat kita peroleh.
Saya pun mendapatkan pelajaran dan hal yang menarik setelah melihat tayangan video tentang kehidupan. Pentingnya menjaga ucapan, perilaku, memberikan kasih sayang terhadap sesama, semangat dalam menjalani kehidupan, dan menghargai arti orang-orang di sekeliling kita yang kita sayangi.
Selama ini, kita sering sekali memperhatikan dan bahkan mengomentari orang lain yang kita anggap “aneh”, tetapi kita tidak menyadari perasaan orang itu. Secara tidak sadar, kita telah membuat orang itu dalam keadaan tidak nyaman bahkan merasa sakit hati karena perilaku kita.
Dalam menjalani kehidupan kita pun sering menganggap remeh segala sesuatunya, hal itu dikarenakan kita selalu berpikir bahwa masih banyak waktu untuk mengerjakannya. Terutama menyia-nyiakan waktu bahkan melalaikan kewwajiban untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kita selalu mengisi hari-hari kita dengan hal-hal yang tidak penting yang seharusnya tidak dikerjakan. Kita pun tidak menyadari bahwa yang kita kerjakan sehari-hari itu hanyalah pekerjaan yang tidak ada manfaatnya sama sekali, seperti halnya berfoya-foya, membicarakan orang lain yang belum tentu diri kita lebih baik dari mereka, duduk berlama-lama di depan laptop hanya untuk online facebook atau twitter, game dll. Padahal kita pun belum tau kita akan hidup berapa lama, belum tau apakah yang kita kerjakan selama ini membawa manfaat bagi diri kita atau pun bagi orang tua kita.
Ketika kita menjalani kehidupan ini, pasti semangat dan keyakinan kita akan hidup yang lebih baik pun tidak stabil. Terkadang semangat dan keyakinan itu kendur bahkan hampir tidak ada, hal itu terjadi ketika kita menghadapi kegagalan. Ketika mengalami kegagalan, pasti yang muncul dalam benak kita adalah “kita tidak akan mampu menjalani hidup lebih baik”. Rencana yang sudah tertata, harapan yang sudah melambung tinggi pun sirna begitu saja seolah kita tidak mampu lagi untuk bangkit. Dalam keadaan itu kita tidak sadar bahwa masih banyak orang-orang di sekitar kita yang hidup dalam keadaan ketidaksempurnaan secara fisik saja masih mampu untuk tetap semangat dan berjuang untuk menjalani kehidupan serta meraih mimpinya. Senyuman yang lepas terlihat dan selalu mereka berikan pada orang-orang disekitarnya. Mereka tidak pernah menunjukan keputusasaannya hanya karna kekurangan yang mereka miliki. Mereka pun dapat membuktikan bahwa kekurangan bukanlah hambatan untuk meraih kesuksesan dan hidup yang bahagia. Mereka pun dapat memberikan contoh pada kita agar kita dapat tetap yakin bahwa kita dapat berhasil dalam hidup ini.
Kehidupan terdiri dari banyak hal, terutama cinta dan kasih yang senantiasa menjadi bagian dari kehidupan yang dapat memberikan warna dan kesan mendalam bagi yang menjalaninya. Cinta dan kasih adalah bagian yang terindah yang dapat kita beri dan terima dari orang tua, kekasih, sahabat, dan orang-orang di sekitar kita. Terlebih cinta dan kasih dari orang tua. Kasih yang kita dapatkan dari mereka adalah hal yang tak ternilai harganya. Karena cinta dan kasih yang mereka beri tidak dapat tergantikan maknanya. Layaknya sebuah pribahasa “kasih orang tua sepanjang masa, tetapi kasih anak sepanjang gala”. Orang tua selalu berusaha mencukupi semua keinginan anaknya. Letih dan perih perjuangan mereka tidak pernah mereka tunjukkan dihadapan kita, karena yang mereka inginkan adalah melihat kita senang. Padahal kita sering sekali membangkang perintahnya, tidak pernah mensyukuri apa yang telah mereka berikan untuk kita. Mereka selalu menjaga dan mengasihi kita sejak kita dalam kandungan ibu hingga sekarang. Ingin sekali rasanya dan menjadi suatu kewajibanku untuk membalas semua pengorbanan mereka selama ini.
Setelah melihat tayangan tadi, saya semakin sadar bahwa pentingnya menjaga tutur kata itu harus dijadikan hal yang wajib agar tidak ada hati yang tersakiti. Hari dan waktu harus dijalani dengan kegiatan yang baik dan bermanfaat, tertata dan juga harus dijalani dengan “SEMANGAT” bahwa saya dapat berhasil dan sukses dalam meraih cita-cita dan keberhasilan dalam hidup agar dapat membahagiakan orang tua dan diri sendiri. Terlebih dapat lebih menyayangi dan memberikan yang terbaik untuk orang tua, diri sendiri, dan orang-orang yang saya sayangi. Karena kebahagiaan mereka adalah hal yang sangat berharga bagi diri saya. Kebahagiaan mereka adalah keberhasilan bagi diri saya. Mulai saat ini, saya harus menjadi orang yang lebih baik lagi, kegagalan adalah guru yang bermakna untuk meraih kesuksesan.


Do the Best...
Be the Best..
And for the Best...”

Minggu, 22 April 2012

STRESS


Stress ? Kata stress sering kali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, banyak orang yang hanya menyebutkannya saja tanpa mengetahui arti yang sebenarnya tentang “stress”.
          Sebagian besar peneliti menggunakan istilah “stress” untuk menunjukkan respon emosional yang ditunjukkan individu dalam situasi yang tidak menyenangkan, ketika individu tersebut memaknai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang menimbulkan ancaman. Reaksi emosional ini meliputi meningkatnya rangsangan fisiologis yang terjadi karena meningkatnya reaksi saraf simpatetik.
          Stressor adalah peristiwa itu sendiri yang juga dapat disebut dengan peristiwa kehidupan yang dapat menimbulkan “stress”. Ketika seseorang mengalami stress, maka ia mencoba untuk mengurangi perasaan yang tidak menyenangkan. Usaha untuk mengurangi stress disebut Coping. Faktor lain dari persamaan pikiran dan tubuh adalah bagaimana usaha seseorang dalam mengurangi sensasi stress melalui coping. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan coping, yang bermanfaat adalah membedakan antara coping yang berfokus pada masalah dan coping yang berfokus pada emosi.
          Pada coping yang berfokus pada masalah, individu mengurangi stress dengan cara mengubah faktor apapun yang menimbulkan stress. Individu mungkin membuat rencana alternatif atau menemukan cara yang baru dan lebih baik untuk memperbaiki situasi. Jika coping yang berfokus pada emosi, seseorang tidak mengubah apapun dari situasi tersebut, tetapi mencoba untuk mengubah perasaannya mengenai situasi tersebut. “Berpikir positif” merupakan salah satu cara coping yang berfokus pada emosi yang digunakan oleh setiap individu untuk membuat diri mereka merasa lebih baik ketika berada dalam kondisi stress.
          Menghindari masalah merupakan strategi coping yang berfokus pada emosi lainnya. Cara coping ini memiliki kesamaan dengan mekanisme pertahanan diri yang disebut penghindaran, ketika individu menolak untuk mengakui adanya masalah atau kesulitan.
          Semakin orang bertambah tua, mereka memiliki kemampuan yang baik untuk memilih strategi coping yang lebih tepat. Pada orang dewasa yang lebih tua, mereka dapat mengendalikan impuls, dan menggunakan keyakinan mereka sebagi strategi coping.
          Strategi coping dapat memainkan peran penting yang dapat menentukan apakah individu akan mengalami permasalahan kesehatan atau tidak. Seseorang yang dapat mengatasi stress secara efektif akan mengalami konsekuensi negatif dari stress yang lebih sedikit.
          Peristiwa yang menimbulkan stress dapat menimbulkan serangkaian reaksi dalam tubuh yang dapat menurunkan daya tahan terhadap penyakit. Reaksi ini juga dapat memperburuk simtom gangguan fisik yang kronis yang terjadi karena dipengaruhi oleh stress. Salah satu penjelasan mengenai hubungan ini adalah bahwa stress menstimulasi hormon yang diatur oleh hipotalamus dan hormon yang menurunkan aktivitas sistem imun.
          Hubungan antara stress dan kesehatan memiliki hubungan yang saling mempengaruhi. Orang yang berada dalam kondisi stress cenderung mengabaikan kebiasaan kesehatan yang baik, mungkin individu akan merokok lebih banyak, lebih sering mengonsumsi alkohol, makan makanan yang sedikit nutrisi, dan tidur dengan waktu yang sedikit. Beberapa orang dalam keadaan stress berusaha mencari intimasi seksual, mungkin dengan seks yang tidak memilih-milih pasangan dan kurangnya perhatian dalam melakukan hubungan seks yang aman.
Stress juga dapat terbagi menjadi beberapa golongan, seperti di bawah ini :
Gangguan Stress Akut dan Gangguan Stress Pasca Trauma
Pengalaman traumatis adalah peristiwa yang mendatangkan peristiwa yang menyakitkan yang menimbulkan efek psikologis dan fisiologis yang berat. Peristiwa traumatis mencakup tragedi personal, seperti berada dalam kecelakaan yang serius, menjadi korban kekerasan, atau mengalami peristiwa bencana yang mengancam hidup.
Beberapa individu kemudian mengembangkan gangguan stress akut setelah mengalami peristiwa traumatis. Dalam kondisi ini, individu mengembangkan perasaan ketakutan yang kuat, tidak berdaya, atau kengerian. Simtom disosiatif mungkin saja muncul, seperti merasa mati rasa, merasa peristiwa tersebut tidak nyata, atau impersonal dan mengalami amnesia dari peristiwa yang telah terjadi. Mereka mudah marah dan sangat waspada, mungkin juga mudah terganggu dengan suara atau gangguan kecil. Kemudian mereka mengembangkan gangguan stress pasca trauma (PTSD), diagnosis yang diberikan jika simtom tetap ada selama lebih dari satu bulan.
Karakteristik Gangguan Stress Pasca Trauma
          Simtom PTSD dapat dibagi ke dalam dua klasifikasi yang saling berhubungan. Pertama, “gangguan dan penghindaran”, mencakup pikiran yang mengganggu, mimpi yang berulang, kilas balik, hiperaktivitas terhadap isyarat yang berhubungan dengan trauma, dan menghindari pikiran, atau hal-hal yang dapat mengingatkan terhadap trauma. Kedua, “hyperarousal dan mati rasa”, mencakup simtom yang melibatkan perasaan memisahkan diri, hilangnya minat untuk melakukan aktivitas sehari-hari, gangguan tidur, mudah marah, dan perasaan dapat menggambarkan perspektif masa depan. Oleh karena itu, pikiran yang mengganggu dapat mengingatkan terhadap peristiwa tertentu dan hyperarousal  mengakibatkan respons mati rasa.
Treatmen Gangguan Stress Pasca Trauma
Perspektif Biologis, peranan biologis para peneliti telah memformulasikan teori bahwa sekali pengalaman traumatis terjadi, bagian sistem saraf individu menjadi sangat sensitif terhadap kemungkinan terjadinya bahaya di masa depan. Ketika individu pertama kali mencari bantuan terkait dengan munculnya gejala PTSD, para klinisi mempertimbangkan pengobatan sebagai cara pertama untuk mempertahankan diri dari penyebab munculnya gejala tersebut. Bagi mereka yang mengalami iritabilitas, agresi, impulsif, atau ingatan mundur dapat mengonsumsi anticonvulsants.
Perspektif Psikologis, treatmen psikologis yang paling efektif bagi penderita PTSD melibatkan suatu kombinasi dari teknik “menutup” dan “tidak menutup”. Teknik menutup, seperti terapi suportif dan manajemen stress, membantu klien mengemas rasa sakit yang disebabkan oleh trauma. Teknik tidak menutup termasuk pengungkapan trauma, meliputi treatmen perilaku dengan cara imaginal flooding dan desensitisasi sistemik. Menghadapkan seorang penderita PTSD dengan tanda-tanda yang membangkitkan kenangan terhadap kejadian traumatis pada tingkat tertentu atau pada suatu situasi ketika individu diajarkan untuk santai, dapat memecahkan reaksi kecemasan terkondisi.
Memanajemeni Stress
          Memanajemeni stress berarti berusaha mencegah timbulnya stress, meningkatkan ambang stress dari individu dan menampung akibat fisiologikal dari stress. Adapun tujuan memanajemeni stress adalah untuk mencegah berkembangnya stress jangka pendek menjadi stress jangka panjang atau stress kronis.
          Stress adalah bagian dari kehidupan manusia, yang perlu kita lakukan adalah dapat dipertahankannya stress yang positif konstruktif dan dicegah serta diatasi stress yang kronis, yang bersifat negatif destruktif. Reaksi yang kita lakukan dalam menghadapi stress adalah “flight or fight”, “melarikan diri”. Melarikan diri dari situasi stress secara psikologis adalah melarikan diri dari dunia nyata ke dalam dunia khayal, mencoba melupakan situasi yang penuh stress yang menimbulkan frustasi.
Teknik Penenangan Pikiran
          Teknik penenangan pikiran memiliki tujuan untuk mengurangi kegiatan pikiran, yaitu proses berpikir dalam bentuk merencana, mengingat, berkhayal, menalar yang secara berkesinambungan kita lakukan dalam keadaan bangun atau dalam keadaan sadar. Jika kita berhasil mengurangi kegiatan pikiran, maka rasa cemas dan khawatir akan berkurang, kesigapan umum untuk beraksi akan berkurang, sehingga pikiran menjadi tenang dan stress pun berkurang.
          Teknik yang digunakan dalam penenangan pikiran adalah :
1.     Meditasi
Konsentrasi adalah aspek utama dari teknik-teknik meditasi. Dengan konsentrasi kita berusaha mengendalikan kegiatan berpikir, mengendalikan kecenderungan pikiran kita untuk melamun, untuk berpindah dari gagasan satu ke gagasan yang lain. Untuk memudahkan kita ketika berkonsentrasi yang perlu kita lakukan ialah memusatkan pikiran pada satu hal, satu kata, satu ungkapan yang kita ulang terus menerus selama waktu tertentu.
Meditasi menyebabkan adanya relaksasi fisik. Pada saat yang sama meditator mengendalikan secara penuh penghayatannya dan mengendalikan emosi, perasaan dan ingatan. Pikiran menjadi tenang, badan berada dalam keseimbangan.
2.    Pelatihan Relaksasi Autogenik
Relaksasi autogenik adalah relaksasi yang ditimbulkan sendiri. Teknik ini berpusat pada gambaran-gambaran berperasaan tertentu yang kemudian terkait kuat dalam ingatan, sehingga timbulnya kenangan tentang peristiwa yang akan menimbulkan pula penghayatan dari gambaran perasaan yang sama.
Pelatihan relaksasi autogenik berusaha mengaitkan penghayatan yang menenangkan dengan peristiwa yang menimbulkan ketegangan, sehingga badan kita terkondisi untuk memberikan penghayatan yang tetap menenangkan meskipun menghadapi peristiwa yang sebelumnya menimbulkan ketegangan.
3.    Pelatihan Relaksasi Neuromuscular
Pelatihan relaksasi neuromuscular adalah satu program yang terdiri dari latihan-latihan sistematis yang melatih otot dan komponen-komponen saraf yang mengendalikan aktivitas otot.
Individu diajari untuk secara sadar mampu merelaksasikan otot sesuai dengan kemauannya setiap saat. Untuk itu perlu dikembangkan kesadaran perasaan pikiran tentang bagaimana rasa relaks adn mempelajari bagaimana perbedaanya jika sedang tegang.
4.    Teknik Penenangan Melalui Aktivitas Fisik
Teknik penenangan melalui aktivitas fisik bertujuan untuk menghamburkan atau untuk menggunakan sampai habis hasil-hasil stress yang diproduksi oleh ketakutan dan ancaman, atau mengubah sistem hormon dan saraf kita ke dalam sikap mempertahankan. Manfaat lain dari teknik penenangan fisik adalah untuk menurunkan reaktivitas kita terhadap stress di masa depan dengan cara mengondisikan relaksasi.
Aktivitas fisik memiliki sifat preventif (penghindaran). Selama melakukan aktivitas fisik seluruh sistem badan dirangsang untuk beraksi, bergerak. Setelah kegiatan, sistem-sistemnya memantul dengan cara makin melambat, dengan demikian mendorong ke relaksasi dan ketenangan.
SUMBER :
Whitbourne,Halgin.(2010).Psikologi Abnormal.Jakarta:Salemba Humanika.
Munandar,Ashar Sunyoto.(2001).Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta:Universitas Indonesia

Minggu, 01 April 2012

Terlelap Di Malam Hari


Terlelap Di Malam Hari

Terlelap di malam hari setelah kita beraktifitas seharian penuh dikala siang hari merupakan imbalan yang tepat, apalagi kalau kita terjaga dengan nyenyak. Padatnya aktifitas kita di siang hari menyebabkan kita mendambakan tidur yang nyenyak. Akan tetapi banyak ritual yang harus kita lakukan sebelum tidur agar mendapatkan kepuasan dikala tidur, seperti halnya membersihkan wajah dari make up atau debu, membersihkan gigi, menyiapkan tempat tidur agar nyaman, hingga mengganti pakaian tidur. Akan tetapi ada hal yang terpenting yang harus dilakukan seselum tidur, yaitu “Berdoa”.
Tidur yang baik adalah tidur yang terjaga dalam lindungan Tuhan setelah kita berdoa. Adapun adab sebelum tidur adalah :
1.     Tidak tidur terlalu malam setelah solat isya, kecuali dalam keadaan darurat seperti untuk mengula ilm, ada tamu yang berkunjung atau menemani keluarga untuk berbincang-bincang, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Barzah Radhiyallahu’anhu :
“ Bhwasanya Rasulullah membenci tidur malam sebelum solat isya dan berbincang-bincang yang tidak bermanfaat setelahnya.” Hadist riwayat Al-Bukhari 568 dan Muslim 647 (235)
2.    Hendaknya tertidur dalam keadaan sudah berwudhu, sebagaimana hadist : “Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan solat.” Hadist Riwayat Al-Bukhari 247 dan Muslim 2710
3.    Hendaknya mendahulukan posisi tidur di atas sisi sebelah kanan dan berbantalkan dengan tangan kanan, tidak mengapa apabila setelahnya berubah posisinya di atas sisi kiri, hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah : “Berbaringlah di atas rusuk kananmu” hadist Riwayat Al-Bukhari 247 dan Muslim 2710
4.    Tidak dibenarkan telungkup dengan perut sebagai tumpuan tidur bai tidur siang ataupun malam. “ Sesungguhnya tidur dalam posisi tengkurap adalah posisi tidur yang dimurkai Allah”. Hadist Riwayat Abu Dawud
5.    Membaca beberapa ayat-ayat Al-Qur’an seperti :
§  Membaca ayat kursi
§  Membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah
§  Mengatupkan kedua telapak tangan lalu ditiup dan membaca Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas kemudian dengan kedua tangan mengusap dua bagian tubuh yang dapat dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan sebanyak 3 kali.
§  Apabila merasa gelisah, dan merasa takut sebelum tidur malam atau merasa kesepian maka dianjurkan baginya untuk berdoa أعوذ بكلمات الله التامات من غضبه Ùˆ شرعباده ومن همزات الشيا طين وأن يحضرون
“A’udzu bikalimaatillahi attammati min ghadhabihi wa ‘iqaabihi wa syari ‘ibaadihi wa min hamazaatisysyayaathiin wa ayyahdhuruun”
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, siksa-Nya, dari kejahatan hamba-hambanya, dari godaan setan dan kedatangan mereka kepadaku. HR Abu Dawud 3893, At-Tirmidzi 3528.
§  Hendaknya mengibaskan tempat tidur sebelumtertidur agar terhindar dari kotoran, serangga, dll.
Jika kita telah melakukan tata cara sebelum tidur tersebut, Insya Allah tidur kita akan lelap dan selalu terjaga dari hal-hal yang dapat mengganggu tidur kita. Kualitas kita dalam tidur adalah penentu kita di esok hari dalam menjalani aktifitas.
“Tidurku Lelap, Semangatku Pol”

Sabtu, 24 Maret 2012

Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental dan Konsep Kesehatan Mental


SEJARAH KESEHATAN MENTAL
Kesehatan mental? jika mendengar dua kata tersebut, mungkin banyak orang yang belum mengerti apa itu kesehatan mental dan bagaimana asal usul atau sejarahnya sampai ada pembelajaran tentang kesehatan mental khususnya bagi ilmu psikologi.
Sejarah kesehatan mental tidak seperti sejarah ilmu kedokteran yang dengan jelas tergambarkan. Hal itu disebabkan karena “Mental” adalah sesuatu yang tidak dapat dengan jelas terlihat oleh kasat mata. Sedangkan gangguan fisik dapat dengan mudah kita lihat dan dapat dengan mudah terdeteksi. Individu yang terkena gangguan kesehatan mental sangat sulit untuk diketahui, bahkan bagi orang terdekatnya sekalipun. Karena orang-orang yang terdekatnya hanya menganggap hal itu sebagai hal yang biasa, bukan sebagai gangguan.
Di negara kita khususnya masyarakat Indonesia, masalah kesehatan mental sampai saat ini belum terlalu mendapatkan perhatian yang serius. Semua itu dikarenakan taraf pendidikan yang masih beragam dan budaya yang beragam pula sehingga membawa dampak kurangnya kepekaan masyarakat akan pentingnya kesehatan mental.
Berikut ini perkembangan sejarah kesehatan mental :
GANGGUAN MENTAL TIDAK DIANGGAP SEBAGAI SAKIT
·         Pada Tahun 1600 dan Sebelumnya
Suku asli Indian khususnya dukun indian menyimpulkan, orang yang mengalami gangguan mental dapat disembuhkan dengan cara menggunakan kekuatan supranatural dan menjalani ritual penyucian.
Masyarakat indian pada saat itu mengaggap orang yang terkena gangguan mental itu sebenarnya orang yang kemasukan roh-roh yang ada di sekitar mereka. Mereka menganggap kalau orang yang bersangkutan telah melakukan kesalahan sehingga kemasukan roh. Maka dari itu orang Indian tidak menganggap orang yang terkena gangguan mental itu berarti sakit, sehingga mereka tetap masih dapat tinggal hidup bersama.
·         Tahun 1692
Sejarah kesehatan mental di Eropa (Inggris), sedikit berbeda dengan sejarah di waktu sebelumnya.
John Locke (1690), menyatakan bahwa terdapat derajat kegilaan dalam diri setiap orang yang disebabkan oleh emosi yang memaksa orang untuk memunculkan ide-ide salah dan tidak masuk akal secara terus menerus. Kegilaan adalah ketidakmampuan akal untuk mengeluarkan gagasan yang berhubungan dengan pengalaman secara tepat.
GANGGUAN MENTAL DIANGGAP SEBAGAI SAKIT
·         Tahun 1724
Pada abad ke 19, Phillipe Pinel di Perancis dan Dorothea Dix, membuat lompatan besar dengan mempromosikan penanganan manusiawi bagi penderita penyakit mental tetapi kondisinya masih jauh dari ideal. Phillipe pinel ditunjuk sebagai dokter yang mengawasi pasien rumah sakit jiwa. Dia tidak merantai orang yang sakit jiwa.

·         Tahun 1812
Antara tahun 1830-1860 di Inggris timbul optimisme dalam menangani pasien skit jiwa. Pada masa ini tumbuh kepercayaan bahwa penanganan di rumah sakit jiwa merupakan hal yang benar dan cara ilmiah untuk menyembuhkan kegilaan. Pada tahun 1842 psikiater mulai masuk dan mendapatkan peranan penting di rumah sakit untuk menggantikan ahli hukum yang selama itu berperan. Namun  karena penanganan di masa ini banyak menemukan kegagalan, maka tidak lama muncul terapi pesimisme.

·         Tahun 1843
Kurang lebih terdapat 24 rumah sakit, tetapi hanya ada 2561 tempat tidur yang tersedia untuk menangani penyakit mental di Amerika Serikat.

·         Tahun 1908
Ditahun ini seseorang yang mengalami gangguan mental mendapat penanganan di rumah sakit yang tidak manusiawi dan mengalami penyiksaan fisik dan mental dibawah kekuasaan yang tidak terlatih dan tidak kompeten dirumah sakit.
·         Tahun 1909
Sigmund Freud mengunjungi Amerika dan mengajar psikoanalisa di Universitas Clark di Worcester, Massachusetts.

·         Tahun 1910
Emil Kraepelin pertama kali menggambarkan penyakit Alzheimer. Dia juga mengembangkan alat tes yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan epilepsi.

·         Tahun 1918
Asosiasi Psikoanalisa Amerika membuat aturan bahwa hanya orang yang btelah lulus dari sekolah kedokteran dan menjalankan praktek psikiatri yang dapat menjadi calon untuk pelatihan psikoanalisa.
·         Tahun 1930
Psikiater mulai menginjeksikan insulin yang menyebabkan shock dan koma sementara sebagai suatu treatmen untuk penderita schizofrenia.

·         Tahun 1936
Agas Moniz mempublikasikan suatu laporan mengenai lobotomi frontal manusia yang pertama. Akibatnya antara tahun 1936 sampai pertengahan 1950-an, diperkirakan 20000 prosedur pembedahan ini digunakan terhadap pasien mental Amerika.

·         Tahun 1940
­­Elektroterapi, yaitu terapi dengan cara mengaplikasikan listrik ke otak. Pertama kali digunakan di rumah sakit Amerika untuk menangani penyakit mental.

·         Tahun 1947
Fountain House di New York City memulai rehabilitasi psikiatrik untuk orang yang mengalami sakit mental.

·         Tahun 1950
Dibentuk National Association of Mental Health (NAMH) yang nerupakan merger dari tiga organisasi, yaitu National Committee for Mental Hygiene, National Mental Health Foundatio, dan Psychiatric Foundation.

·         Tahun 1952
Obat antipsikokotik konvensional pertama, yaitu chlorpromazine, diperkenalkan untuk menangani pasien schizofrenia dan gangguan mental utama lainnya.

·         Tahun 1960
Obat-obat antipsikotik konvensional, seperti haloperidol, digunakan pertama kali untuk mengontrol simtom-simtom yang positif pada penderita psikosis, yang memberikan ukuran yang nyata dan penting karena membuat pasien tenang.
Media inggris mulai mengungkapkan kesehatan mental dengan menampilkan orang-orang yang pernah mengalami sakit mental untuk menceritakan pengalaman mereka. Segala hal yang tabu mulai diungkap secara umum.
GANGGUAN MENTAL DIANGGAP SEBAGAI BUKAN SAKIT
·         Tahun 1961
Thomas Szasz membuat tulisan berjudul The Myth of Mental Illness, yang mengemukakan dasar teori yang menyatakan bahwa “sakit mental” sebenarnya tidaklah benar-benar “sakit’, tetapi merupakan tindakan orang yang secara mental tertekan karena harus bereaksi terhadap lingkungan.

·         Tahun 1962
Ada 422000 orang yang tinggal di rumah sakit untuk perawatan psikiatris di Amerika Serikat.
·         Tahun 1970
Mulainya deinstitusionalisasi massal. Pasien dan keluarga mereka kembali pada sumber-sumber mereka sendiri sebagai akibat kurangnya program-program bagi pasien yang telah keluar dari rumah sakit untuk rehabilitasi dan reintegrasi kembali ke masyarakat.

·         Tahun 1979
NAMH menjadi the National Mental Health Association (NMHA).

·         Tahun 1980
Munculnya perawatan yang terencana, yaitu dengan opname di rumah sakit dalam jangka waktu yang pendek dan treatmen masyarakat menjadi standar bagi perawatan penyakit mental.
MELAWAN DISKRIMINASI TERHADAP GANGGUAN MENTAL
·         Tahun 1990
NMHA memainkan peran penting dalam memunculkan Disabilities Act, yang melindungi warga Amerika yang secara mental dan fisik disable dari diskriminasi pada beberapa wilayah, seperti pekerjaan, akomodasi publik, transportasi, telekomunikasi, dan pelayanan pemerintah pusat dan lokal.

·         Tahun 1994
Obat antipsikotik atipikal yang pertama diperkenalkan. Ini merupakan obat antipsikotik baru pertama setelah hampir 20 tahun penggunaan obat-obatan konvensional.

·         Tahun 1997
Peneliti menemukan kaitan genetik pada gangguan bipolar yang menunjukkan bahwa penyakit ini diturunkan.
Berdasarkan sejarah kesehatan mental tersebut, dapat disimpulkan bahwa ternyata pandangan masyarakat terhadap apa yang disebut sebagai sakit mental atau sakit jiwa ternyata berbeda-beda dan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Makna gangguan mental yang berbeda-beda membawa implikasi yang berbeda juga dalam menangani individu yang terkena gangguan mental.
Gangguan mental juga bisa dinamakan bukan penyakit, tetapi sebagai tindakan kriminal seperti yang pernah dipahami oleh masyarakat Inggris. Penderitanya dimasukkan ke dalam penjara.
Gangguan mental pernah dinamaknai sebagai ketidakmampuan untuk berpikir rasional. Orang yang terganggu mentalnya dipandang memiliki pola pikir irasional. Hal ini dipengaruhi oleh filsafat rasionalisme dan empirisme yang saat itu memiliki pengaruh yang kuat di Eropa.

KESIMPULAN :
Sejarah kesehatan mental merupakan cerminan pandangan masyarakat terhadap gangguan mental dan perlakuan yang diberikan. Ada beberapa pandangan masyarakat terhadap gangguan mental di dunia Barat, yaitu :
1.      Akibat kekuatan supranatural
2.      Kemasukan roh atau setan
3.      Dianggap kriminal karena memilih derajad kebinatangan yang besar
4.      Dianggap memiliki cara berpikir irasional
5.      Dianggap sakit
6.      Merupakan reaksi terhadap tekanan atau stres, merupakan perilaku maladaptif
7.      Melarikan diri dari tanggungjawab
KONSEP KESEHATAN MENTAL
A.    Pengaruh Budaya Terhadap Konsep Sehat dan Sakit serta Implikasinya terhadap Perilaku
1.      Arti Sehat
Menurut Freund (1991), berdasarkan kutipan the International Dictionary of Medicine and Biology, kesehatan adalah suatu kondisi yang dalam keadaan baik dari suatu organisme atau bagiannya, yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan tidak adanya penyakit, juga sampai pada kesimpulan mengenai kesehatan sebagai suatu keadaan tidak adanya penyakit sebagai salah satu ciri kalau organisme disebut sehat.
2.      Pengaruh Budaya terhadap Konsep Kesehatan
Pengaruh budaya juga merupakan penentu konsep kesehatan. Hal ini mengacu pada pengertian kesehatan yang dibuat oleh WHO, yaitu kesehatan adalah keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.pengertian itu berdampak kebijakan di bidang kesehatan mengalami perubahan.
Berbagai teknologi modern ditemukan sehingga berbagai macam penyakit dan gangguan lainnya bisa diatasi. Saat ini usaha-usaha itu mengalami pergeseran. Upaya kesehatan saat ini mengacu kepada usaha pencegahan terhadap kemungkinan menurunnya kualitas hidup individu sehingga kondisi sehat bisa dijaga sedemikian rupa dan penyakit tidak sampai dialami oleh individu. Bidang-bidang baru mulai bermunculan, seperti sosiologi kesehatan, antropologi kesehatan, psikologi kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Perhatian mengenai kesehatan dalam kaitannya dengan keanekaragaman budaya juga menjadi salah satu bidang kajian yang diminati oleh psikologi lintas budaya (Berry, 1999).
3.      Model-model Kesehatan Barat dan Timur
Model-model kesehatan muncul karena banyaknya asumsi mengenai kesehatan, seperti halnya model kesehatan dari Barat dan juga Timur. Akan tetapi, dalam model-model itu terdapat variasi yang disebabkan karena adanya perbedaan budaya di antara model-model tersebut.
Model Biomedis (Freund, 1991)memiliki 5 asumsi. Pertama, terdapat perbedaan yang nyata antara tubuh dan jiwa sehingga penyakit diyakini berada pada suatu bagian tubuh tertentu. Kedua, penyakit dapat direduksi pada gangguan fungsi tubuh, baik secara biokimia atau neurofisiologis. Ketiga, setiap penyakit disebabkan oleh suatu agen khusus yang berpotensi dapat diidentifikasi. Keempat, melihat tubuh sebagai suatu mesin. Kelima, konseb tubuh adalah objel yang perlu diatur dan dikontrol.
Model Psikiatris, merupakan model yang berkaitan dengan model biomedis. Model ini masih mendasarkan diri pada pencarian bukti-bukti fisik dari suatu oenyakit dan penggunaan  treatmen fisik obat-obatan atau pembedahan untuk mengoreksi abnormalitas.
Model Psikosomatis (Tamm, 1993), merupakan model yang muncul karena adanya ketidakpuasan terhadap model biomedis. Model ini menyatakan bahwa tidak ada penyakit somatik yang tanpa disebabkan oleh antesenden emosional dan atau sosial. Sebaliknya tidak ada penyakit psikis yang tidak disertai oleh simtom-simtom somatik.
4.      Pemahaman Tentang Penyakit
Istilah penyakit terbagi ke dalam dua istilah, yaitu Illness dan Disease. Kata Illness digunakan untuk menyatakan apa yang dirasakan oleh pasien ketika dia datang ke dokter. Sedangkan kata Disease untuk menyatakan apa yang dibawa pasien ke rumah sakit dari ruangan dokter. Dengan demikian penyakit “Disease” adalah sesuatu yang dimiliki organ, sedangkan “Illness” adalah sesuatu yang dimiliki manusia, yaitu respons subjektif pasien dan segala sesuatu yang meliputinya.
5.      Implikasi Perbedaan Konsep Kesehatan dan Penyakit terhadap Perilaku
Istilah-istilah yang digunakan dalam dunia kesehatan :
Diagnosis, gangguan yang sama dan bisa dilaporkan dengan gejala yang berbeda.
Treatmen, pengobatan sistem Barat bertumpu pada pemberian obat antibiotik atau pembedahan pada bagian-bagian tubuh yang sakit.
Plasebo, pada pengobatan Barat memiliki konotasi yang negatif sehingga sering kali dicoba untuk dihilangkan atau diminimalkan pengaruhnya oleh dunia kedokteran Barat.
Relasi dokter-pasien, pada sistem pengobatan Barat bercirikan mekanistik, impersonal, dan reduksionistik. Dokter mengambil sikap lebih tahu dari pasien, superior serta keputusan. Sementara pasien mengambil sikap pasif serta diharapkan menuruti apa yang dimaui dokter.
Ciri-ciri Tingkah Laku Sehat dan Normal
Adapun ciri-ciri individu yang normal atau sehat (Warga, 1983) pada umumnya sebagai berikut :
1.      Bertingkah laku menurut norma-norma sosial yang diakui
2.      Mampu mengolah emosi
3.      Mampu mengaktualkan potensi-potensi yang dimiliki
4.      Dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan sosial
5.      Dapat mengenali resiko dari setiap perbuatan dan kemampuan tersebut digunakan untuk menuntun tingkah lakunya
6.      Mampu menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang
7.      Dapat belajar dari pengalaman
8.      Biasanya gembira

SUMBER :
Whitbourne,Halgin.Psikologi Abnormal.Jakarta:Salemba Humanika.201­­0