Sabtu, 24 Maret 2012

Kepribadian Yang Sehat dan Teori Perkembangan Freud & Erikson


·         Kepribadian Yang Sehat
             Apakah yang dimaksud dengan kepribadian yang sehat? Apakah diri kita sudah memiliki kepribadian yang sehat? Mungkin kita sampai saat ini belum mengetahui seperti apa kepribadian yang sehat, maka dari itu kita akan mempelajari seperti apa kepribadian yang sehat itu melalui beberapa kutipan di bawah ini.
             Sebagian besar orang Amerika mencari-cari kelompok, menyelidiki, dan menyingkapkan batiniah (dan badan) mereka dalam sensitivity sessions, T-groups, dan sejumlah bentuk encounter therapy lainnya. Penjahat-penjahat, pencandu-pencandu obat bius, para mahasiswa, para pendidik, para pemimpin perusahaan, generasi muda dan tua menemukan dalam pengalaman-pengalaman itu dimensi-dimensi dan segala potensi dalam kepribadian mereka yang tidak pernah disadari bahwa mereka memilikinya.
             Semua pokok tersebut menghasilkan dan merumuskan suatu kepribadian yang lebih sehat. Bentuk tekanan tidak begitu banyak pada konflik yang berhubungan dengan masa kecil dan luka emosional di masa lalu dibandingkan dengan pelepasan sumber-sumber yang tersembunyi dari bakat, kreativitas, energi, dan dorongan. Intinya adalah seseorang harus melihat ke masa depan akan seperti apa dirinya, bukan berpacu pada pengalamannya di masa lalu atau pada saat ini.
             Seseorang digambarkan sebagai suatu individu yang tersusun baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, dan kreativitas. Kita dapat dan harus mengatasi masa lalu, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan sekitar kita. Kita harus tumbuh dan berkembang melewati kekuatan-kekuatan yang secara potensial dapat menghambat. Gambaran ahli psikologi pertumbuhan tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya bahwa disetiap diri individu memiliki kapasitas untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, memenuhi kebutuhan pribadi sesuai dengan kemampuan kita.
             Manusia perlu memperjuangkan tingkat pertumbuhan yang lebih maju agar merealisasikan semua potensi yang dimilikinya. Semua itu membuktikan bahwa tidak cukup terbebas dari sakit emosional, tidak adanya tingkah laku neurotis atau psikositis tidak cukup untuk menilai apakah seesorang sudah memiliki pribadi yang sehat. Tidak adanya sakit emosional hanya merupakan suatu langkah awal yang diperlukan agar kebutuhan hidup terpenuhi. Kita pun harus bisa mencapai tingkatan yang lebih jauh lagi, dan yang terpenting adalah percaya akan kemampuan yang ada dalam diri kita bahwa kita mampu menjadi individu yang sehat mental dan berkembang, serta selalu berpikir positif. Kepribadian yang sehat adalah kepribadian yang memiliki kesehatan fisik dan juga mental. Jadilah pribadi yang lebih baik dari sebelumnya dan tetap semangat menjalani kehidupan.

·         Teori Perkembangan Sigmund Freud
              Sigmund Freud adalah seorang bapak Psikososial. Freud membagi kepribadian ke dalam tiga aspek, yaitu ;
1.      Das Es (Id), yaitu aspek biologis
2.      Das Ich (Ego), yaitu aspek psikologis
3.      Das Ueber Ich (Super ego), yaitu aspek sosiologis
              Ketiga aspek tersebut merupakan bentuk kesatuan yang utuh sehingga sulit untuk memisah-misahkan pengaruhnya terhadap tingkahlaku manusia.
              Freud adalah seorang ahli yang pertama kali mengutamakan aspek perkembangan (genetis) dari kepribadian, terutama yang menekankan peranan yang menentukan permulaan masa kanak-kanak dalam meletakkan dasar-dasar dari struktur kepribadian.
              Kepribadian telah terbentuk pada akhir tahun kelima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar. Masa kanak-kanak adalah masa yang memiliki peranan yang menentukan munculnya neurosis pada tahun-tahun berikutnya.
              Freud beranggapan bahwa anak-anak adalah ayah dari manusia “The Child is The Father of Man”. Kepribadian itu berkembang dalam hubungan dengan empat macam sumber ketegangan :
1.      Proses pertumbuhan fisiologis
2.      Frustasi
3.      Konflik
4.      Ancaman
              Belajar mempergunakan cara-cara baru dalam mereduksikan tegangan inilah yang disebut perkembangan kepribadian.

·         Teori Perkembangan Erickson
  
              Erikson juga seorang tokoh Psikososial dan dia membagi perkembangan menjadi delapan tahap perkembangan.  Akan tetapi, pada empat tahap pertama terjadi pada masa bayi,tahap kelima pada masa adolesen, dan tiga tahap selanjutnya pada tahun-tahun dewasa dan usia tua. Adapun tahap-tahap perkembangan itu adalah :
1.      Kepercayaan Dasar vs Kecurigaan Dasar
Kepercayaan dasar pertama terbentuk selama tahap sensorik-oral dan diperlihatkan oleh bayi melalui kapasitasnya untuk beristirahat (tidur), makan dengan nyaman, dan membuang kotoran dengan santai. Situasi-situasi yang menyenangkan dan orang-orang yang bertanggungjawab menimbulkan kenyamanan ini menjadi akrab dan dikenal oleh bayi. Kecurigaan dasar yang ada pada pokoknya adalah esensial bagi perkembangan manusia. Perbandingan antara kepercayaan dasar dan kecurigaan dasar mengakibatkan tumbuhnya pengharapan.
2.      Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu
Pada tahap ini anak mulai memahami apa yang diharapkan dirinya, apa kewajiban yang harus dipenuhinya, dan hak yang dia peroleh. Untuk mengendalikan sifat penuh kemauan anak, orang dewasa akan memanfaatkan kecenderungan iouniversal pada individu untuk memiliki rasa malu. Kemauan adalah kemampuan untuk membuat pilihan bebas, memutuskan, melatih mengendalikan diri, dan bertindak yang terus meningkat.
3.      Inisiatif vs Kesalahan
Inisiatif bersama-sama dengan otonomi memberikan kepada anak suatu kualitas sifat mengejar, merencanakan, serta kebulatan tekad untuk menyelesaikan tugas-tugas dan meraih tujuan. Anak mulai ingin belajar dan dapat belajar dengan baik pada usia ini.
4.      Kerajinan vs Inferioritas
Pada tahap ini anak diharuskan mengontrol daya imajinasinya dan mulai belajar pendidikan formal. Anak mulai mgembangkan sikap rajin dan mempelajari apa yang dapat dia peroleh dari sikap rajinnya. Dampak dari tahap ini adalah anak bisa mengembangkan perasaan rendah diri bila dia tidak berhasil menguasai tugas yang diberikan oleh orang lain.
5.      Identitas vs Kekacauan Identitas
Pada tahap ini individu mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa dia adalah manusia unik tetapi tetap mampu menjalani peranan yang ada di lingkungan. Inilah masa dalam kehidupan ketika orang ingin menentukan siapakah dia saat ini dan apa yang akan dia lakukan di masa depan. Daya penggerak batin dalam rangka pembentukan identitas adalah ego dalam aspek-aspek sadar maupun tidak sadar. Hal itu mengakibatkan terjadinya kekacauan identitas pada diri orang dewasa.
6.      Keintiman vs Isolasi
Pada tahap ini individu yang memasuki dewasa awal sudah mulai siap dan ingin menyatukuan identitasnya dengan orang lain. Mereka ingin memiliki hubungan persahabatan yang akrab dan rasa persaudaraan untuk menjalin komitmen-komitmen meskipun harus berkorban. Nilai cinta muncul selama tahap perkembangan keintiman dan cinta menjadi hal yang dominan.
7.      Generativitas vs Stagnasi
Ciri utama pada tahap ini adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan keturunan, produk-produk, ide-ide, dan penetapan pedoman untuk generasi masa depan. Manusia sebagai suatu spesies memiliki kebutuhan inheren untuk mengajar, suatu kebutuhan yang dimiliki oleh semua orang dalam setiap bidang pekerjaan. Semua aspek kehidupan harus dipelihara dan dilindungi, sebab semua itu merupakan pengalaman yang berharga.
8.      Integritas vs Keputusasaan
              Integritas merupakan tahap terahir dari pemikiran Erikson. Integritas digambarkan sebagai keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda dan orang-orang, produk-produk, dan ide-ide, dan setelah berhasil menyesuaikan diri dengan keberhasilandan kegagalan hidup. Keputusasaan merupakan lawan dari integritas.
·        
 Perkembangan Kepribadian 
 
              Perkembangan kepribadian seseorang menurut Murphy terbagi menjadi beberapa fase-fase perkembangan. Fase perkembangan kepribadian itu terbagi menjadi tiga fase, yaitu :
1.      Pada fase pertama, yaitu fase keseluruhan tanpa diferensiasi, individu berbuat lebih sebagai keseluruhan terhadap keseluruhan situasi, seperti halnya pada bayi.
2.      Pada fase kedua, yaitu fase diferensiasi, fungsi-fungsi khusus mengalami diferensiasi dan muncul dari keseluruhan.
3.      Pada fase ketiga, yaitu fase integrasi, fungsi-fungsi yang sudah mengalami diferensiasi itu diintegrasikan dalam suatu unitas yang berkoordinasi dan terorganisasi.
              Murphy juga berpendapat bahwa belajar adalah sebagai bentuk dari proses perkembangan. Proses belajar terjadi dikarenakan adanya proses interaksi antara setiap individu dengan lingkungan tertentu. Sebagai hasil dari interaksi tersebut maka terbentuklah koneksi antara kebutuhan-kebutuhan dan segala respon, antara tegangan dengan tingkahlaku yang mengubah tegangan tersebut.
              Selain itu, Murphy pun berpendapat bahwa sosialisasi juga merupakan bentuk perkembangan. Para ahli lain pun berpendapat bahwa perkembangan digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu perkembangan sebagai proses asosiasi, diferensiasi, dan perkembangan sebagai proses sosialisasi.
              Pentingnya faktor sosio-kultural di dalam perkembangan kepribadian. Murphy menganggap faktor sosio-kultural dapat mempengaruhi kepribadian dalam empat cara, yaitu :
1.      Masyarakat memiliki suatu rangkaian kode yang menjadi tujuan persyaratan anak-anakyang hidup di dalamnya. Misalnya pada anak-anak apabila menerima dan memberikan sesuatu kepada orang lain dengan menggunakan tangan kiri itu adalah hal yang tidak sopan, maka dalam diri seseorang sudah tertanam nilai kesopanan di dalam dirinya karena hal tersebut merupakan tuntutan dari lingkungan sekitarnya.
2.      Masyarakat dengan melalui lembaga menjadikan anak-anak untuk mengaktualisasikan energi mereka. Menunjukan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.
3.      Masyarakat dengan hadiah dan hukuman dapat mengubah segala dorongan impulsif menjadi dorongan yang lebih dapat diterima oleh masyarakat. Akan tetapi dorongan tersebut tidak benar-benar hilang 100%, karena suatu saat dapat muncul kembali.
4.      Masyarakat dapat mempengaruhi proses-proses perseptual dan kognitif para anggotanya secara sedemikian rupa, sehingga mereka akan belajar dan berpikir sesuai dengan norma yang berlaku di lingkuannya. Secara keseluruhan maka akan menciptakan keselarasan dalam masyarakat tersebut baik sikap dan sifat.
SUMBER :
Drs.Sumardi Suryabrata.Psikologi Kepribadian.Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada.1982
Duane Schultz.Psikologi Pertumbuhan Model-model kepribadian Sehat.Yogyakarta: Penerbit Kanisius.1991
Dr.A.Supratiknya.Teori-teori Psikodinamik(Klinis).Yogyakarta:Penerbit Kanisius.1993


Tidak ada komentar:

Posting Komentar