Psikoterapi
Manusia adalah makhluk yang memiliki akal pikiran dan merupakan makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Akan tetapi, di balik kesempurnaan itu manusia pun tidak terlepas dari masalah hidup yang dimilikinya. Adapun masalah – masalah yang dimilikinya seperti masalah keluarga, percintaan, pendidikan, pekerjaan dan masalah lainnya yang dapat mengganggu pikiran dan perasaannya. Oleh sebab itu, manusia memerlukan bantuan orang lain untuk mengatasi atau sekedar berbagi cerita tentang masalahnya itu seperti halnya bantuan psikolog atau psikiater dan adapun cara yang dapat ditempuh adalah “Psikoterapi”. Sebelum kita membahas lebih lanjut ada baiknya kita mencari tahu apa itu Psikoterapi.
Psikoterapi (dalam Psikologi Abnormal, 2012) adalah suatu cara yang utamanya verbal untuk membantu individu yang bermasalah mengubah pemikiran, perasaan, dan perilaku untuk mengurangi penderitaan dan untuk mencapai kepuasan hidup yang lebih besar.
Psikoterapi merupakan proses interaksi formal antara dua pihak atau lebih, yaitu antara klien dengan psikoterapis dengan tujuan untuk memperbaiki keadaan yang dikeluhkan oleh klien. Psikoterapis adalah orang yang dengan segala pengetahuan dan keterampilan psikologis yang dimilikinya akan membantu klien mengatasi keluhan secara profesional dan legal.
Dalam psikoterapi, gangguan psikologis diidentifikasi secara ilmiah dengan standar tertentu. Kemudian dilakukan proses psikoterapi menggunakan metode – metode psikologis dalam membantu klien mengatasi masalah. Adapun beberapa metodenya adalah sebagai berikut :
a. Pendekatan Client Centered (Carl R. Rogers)
b. Terapi Psikoanalisis (Gestalt)
c. Analisis Transaksional
d. Terapi Tingkah Laku
e. Body Oriented Psychotherapy
f. Mental Imagery
g. Terapi Eksistensial-Humanistik
Psikoterapi didasarkan pada fakta bahwa aspek – aspek mental manusia seperti proses emosi, persepsi, cara berpikir, dan pola perilaku dapat diubah dengan pendekatan psikologis. Psikoterapi dalam proses membantu proses menyelesaikan masalah klien memiliki tujuan yang real . Adapun tujuan dari psikoterapi, yaitu :
1. Menghapus, mengubah atau mengurangi gejala gangguan psikologis
2. Mengatasi pola perilaku yang terganggu
3. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang positif
4. Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar
5. Memodifikasi struktur kognisi
6. Meningkatkan kesadaran diri
7. Membangun kemandirian dan ketegaran untuk menghadapi masalah
8. Menyajikan kondisi – kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan
9. Membantu klien agar bebas dari skenario, bebas dari permainan, menjadi pribadi yang otonom yang sanggup memilih ingin menjadi apa dirinya
Psikoterapi terdiri dari beberapa unsur yang saling terkait satu dengan yang lainnya, yaitu ;
a. Proses
Proses terdiri dari interaksi antara dua pihak, formal, profesional, legal, dan menganut kode etik psikoterapi.
b. Tujuan
Yaitu untuk mengubah kondisi psikologis seseorang, mengatasi masalah psikologis atau meningkatkan potensi psikologis yang telah ada.
c. Tindakan
Seorang psikoterapis melakukan tindakan terapi berdasarkan ilmu psiklogis modern yang telah teruji efektivitasnya.
Akan tetapi ada pendapat lain yang dikemukakan oleh Masserman (1984) mengatakan bahwa ada delapan parameter pengaruh dasar yang mencakup unsu – unsur lazim pada semua jenis psioterapi, yaitu :
1. Peran sosial (martabat)
2. Hubungan (persekutuan tarapeutik)
3. Hak
4. Retrospeksi
5. Reduksi
6. Rehabilitas memperbaiki gangguan perilaku berat
7. Resosialisasi
8. Rekapitulasi
Pada masyarakat awam istilah “Psikoterapi” dan “Konseling” adalah kedua istilah atau kata yang masih sulit untuk dibedakan atau dimengerti maksud yang ada dibalik kata tersebut. Maka dari itu, marilah sama – sama kita cari tahu makna sebenarnya. Hal yang pertama yang harus kita lakukan adalah mencari tahu arti “Konseling”.
Konseling (dalam Pengantar Konseling dan Psikoterapi, 1992) adalah suatu proses pelayanan yang melibatkan kemampuan profesional pada pemberi layanan, sekurangnya melibatkan pula orang kedua, penerima layanan, yaitu orang yang sebelumnya merasa ataupun nyata – nyata tidak dapat berbuat banyak dan setelah mendapat layanan menjadi dapat melakukan sesuatu.
Di antara Psikoterapi dan Konseling terdapat perbedaan, seperti dua point berikut ini ;
1. Psikoterapi dan Konseling dapat dipandang berbeda lingkup pengertian antara keduanya. Istilah “Psikoterapi” mengandung arti ganda. Pada satu segi, ia menunjuk pada sesuatu yang jelas, yaitu satu bentuk terapi psikologis. Tetapi pada lain segi, ia menunjuk pada sekelompok terapi psikologis, yaitu suatu rentangan wawasan luas tempat hipnotis pada satu titik dan konseling pada titik lainnya. Dengan demikian, konseling merupakan salah satu bentuk psikoterapi.
2. Psikoterapi lebih memokus pada konseren atau masalah penyembuhan, penyesuaian, dan pengobatan. Akan tetapi Konseling lebih berfokus pada konseren, ikhwal, masalah, pengembangan, pendidikan, dan pencegahan.
Psikoterapi memiliki beberapa pendekatan terhadap mental Illness, adapun beberapa macam pendekatannya sebagai berikut ;
a. Pendekatan Psikoanalisis
Pada awalnya terapi ini mengacu pada pandangan awal yang dikemukakan oleh Freud. Freud membagi pikiran atau psyche menjadi tiga bagian utama, yaitu : Id, Ego, dan Superego. Freud percaya bahwa berbagai bentuk psikopatologi diakibatkan oleh dorongan yang kuat, yang mengawali tahap perkembangan konflik-konflik yang tidak disadari yang terkait dengan tahap psikoseksual tertentu.
Mengenai terapi psikoanalisis Freud membahas tentang kecemasan neurotik, bahwa kecemasan tersebut merupakan reaksi ego ketika impuls-impuls seksual dipenuhi dengan ketegangan yang sangat mengganggu. Maka dari itu munculah berberapa macam terapi untuk mengatasi masalah-masalah, yaitu :
1. Asosiasi Bebas
Pasien mencoba mengatakan apa pun yang muncul dalam pikirannya tanpa menyensor.
2. Analisis Mimpi
Berdasarkan asumsi bahwa pertahanan diri melemah dalam keadaan tidur, maka simbolik isi mimpi memberikan petunjuk mengenai konflik yang ditekan.
3. Interpretasi
Analisis menunjukkan kepada pasien makna sebenarnya beberapa perilaku.
4. Analisis Transferensi
Dengan tetap menjadi figur yang tidak jelas, analisis mendorong pasien meberikan respons kepadanya seperti cara pasien merespons orang-orang penting dalam hidupnya terutama orang tuanya.
b. Pendekatan Humanistik Eksistensial
Pendekatan humanistik eksistensial memberi penekanan yang lebih besar kepada kebebasan manusia untuk memilih, menganggap kehendak bebas sebagai karakteristik terpenting manusia. Namun, kehendak bebas ibarat pedang bermata dua, karena tidak hanya memberikan pemenuhan dan kenikmatan, namun juga memberikan ancaman rasa sakit akut dan penderitaan. Ia merupakan anugrah alamiah yang harus digunakan dan yang memerlukan keberanian khusus untuk menggunakannya.
c. Pendekatan Client Centered Carl R. Rogers
Menurut Rogers, manusia harus bertanggung jawab terhadap diri sendiri, bahkan pada saat mereka mengalami masalah. Sering kali sulit bagi seorang terapis untuk tidak memberi nasihat, untuk tidak bertanggung jawab terhadap hidup klien, terutama jika klien terlihat tidak mampu mengambil keputusan sendiri. Namun para Rogerian berpegang teguh pada hukum bahwa kapasitas alami individu untuk tumbuh dan mengatur diri sendiri akan muncul dengan sendirinya melalui atmosfer terapeutik yang hangat, penuh perhatian dan penuh penerimaan, terutama jika terapis secara total menerima orang tersebut apa adanya.
d. Pendekatan Analisis Transaksional
Pendekatan ini dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan bahwa suatu teori kepribadian yang berkenaan dengan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu orang tua, orang dewasa, dan anak. Teori Berne menggunakan beberapa kata utama dan menyajikan suatu kerangka yang bisa dimengerti dan dipelajari dengan mudah.
Psikoterapi memiliki bentuk utama terapi, yaitu :
1. Terapi Client Centered Carl. R. Rogers
Terapi client centered tidak berorientasi pada teknik, terdapat satu strategi utama dalam pendekatan ini, yang disebut empati. Empati terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Empati primer
Mengacu pada pemahaman dan penerimaan terapis terhadap apa yang dipikirkan dan dirasakan klien serta mengomunikasi kepada klien pikiran dan perasaan klien. Yaitu, terapis menunjukkan empati primer dengan mengulang apa yang dipikirkan dan dirasakan klien, dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan klien.
b. Empati Tingkat Lanjut
Mencakup penyimpulan pikiran dan perasaan yang tersirat dalam perkataan klien oleh terapis, pikiran, perasaan yang mungkin hanya sedikit disadari klien.
2. Terapi Eksistensial
Tradisi eksistensial di Eropa selalu menekankan keterbatasan manusia dan dimensi tragis eksistensi. Mungkin menjadi demikian karena bangsa Eropa sangat akrab dengan pembatasan geografis dan etnis, perang, kematian, dan eksistensi yang tidak pasti. Fokus bangsa Eropa adalah keterbatasan, menghadapi dan membawa kecemasan akan ketidakpastian dan ketiadaan dalam diri. Eksistensialisme menerima kehendak bebas dan tanggung jawab, namun menekankan kecemasan yang tidak dapat dihindari dalam membuat pillihan-pilihan penting, pilihan eksistensial yang mendasari eksistensi, seperti tetap bersama atau meninggalkan pasangan, pekerjaan, atau bahkan dunia ini.
3. Terapi Gestalt
Terapi yang memiliki elemen humanistik dan eksistensial, yaitu terapi Gestalt. Para terapis Gestalt berfokus pada apa yang dilakukan klien di dalam ruang konsultasi pada saat ini, tanpa menggali masa lalu, karena peristiwa terpenting dalam hidup klien adalah apa yang terjadi saat ini. Dalam terapi Gestalt semua yang eksis adalah saat ini. Pertanyaan “mengapa” tidak didorong untuk digunakan karena mencari penyebab di masa lalu dianggap sebagai upaya melarikan diri dari tanggung jawab untuk membuat berbagai pilihan di masa kini, sebuah tema eksistensial yang tidak asing. Klien didorong, dipengaruhi, kadangkala bahkan dipaksa untuk menyadari apa yang terjadi sekarang ini.
4. Terapi Rasional-Emotif
Terapi ini ditujukan untuk mendorong klien agar menguji secara kritis nilai-nilai dirinya yang paling dasar. Jika masalah yang dihadirkan oleh klien adalah ketakutan atas kegagalan perkawinan, sasaran yang dituju oleh terapis bukan hanya pengurangan ketakutan yang spesifik itu, melainkan penanganan atas rasa takut gagal pada umumnya. TRE bergerak ke seberang penghapusan gejala, dalam arti tujuan utama proses terapeutiknya adalah membantu klien untuk membebaskan dirinya sendiri dari gejala-gejala yang dilaporkan dan yang tidak dilaporkan kepada terapis.
Daftar Pustaka
Mappiare. (1992). Pengantar konseling dan psikoterapi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Corey. (2009). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : Refika Aditama.
Davison, Gerald C. (2012). Psikologi abnormal edisi 9. Jakarta : Rajawali Pers.
Gunarsa, Singgih D. (2004). Konseling dan psikoterapi. Jakarta : BPK Gunung Mulia.